Ini tulisanku yang ketiga di hari ini, tanggal 3 Juni 2012.
Hari ini hari Minggu.. Sepuluh tahun yang lalu 3 Juni adalah hari Senin..
Sepuluh tahun yang lalu, di Senin itu aku kehilangan sosok Papa dalam hidupku..
Ketika aku bangun pagi, beliau telah tidak akan pernah kembali mebuka matanya.
Kala ini usiaku, empat belas tahun. Aku masih SMP kelas dua.
Papa memang mengalami kelumpuhan badan sebelah akibat serangan stroke selama 2 tahun.
Aku adalah anak perempuan satu-satunya Beliau. Tumbuh sebagai seorang anak yang dicintai ayahnya itu adalah anugerah besar dalam hidup setiap manusia.
Sepuluh tahun ternyata telah berlalu. Tapi aku masih merindukan sosok hangat itu.
Paa.. Mengingatmu selalu membuatku meneteskan air mata.
Tapi Pa..
Ada orang-orang yang membuatku harus meredam airmata ini.
Ada Emak, istrimu Pa..
Tepat hari ini, 10 tahun juga dia menjadi janda. Dia Ibu yang hebat, Pa.. Dia tegar! Sepuluh tahun ini banyak masa sulit yang kami alami dan telah pula kami atasi. Pa, setelah dirimu pergi, kami kerap diremehkan. Emak pun sering menangis sedih.
Dulu ada Jaik, mertuamu itu telah berjuang sekuat tenaga menjadi ayah yang baik untuk Emak dan kakek yang dengan tubuh tuanya telah berusaha sekuat tenaga sebagai pengganti satu-satunya pria dalam keluarga. Namun sekarangpun dia telah pergi menyusulmu.
Apakah di sana kau sempat bertemu dengannya? Ucapkanlah terima kasih, Pa!
Ada Kakak Didin, Pa..
Aku tau sebagai anak pertama, selepas kepergianmu dia pasti menanggung beban berat.
Bagaimana cara membahagiakan Ibu dan Adik-adiknya.
Ada Kak Fiq, Adek Dicky, Ayuk Dian, Mok Fah dan beberapa adikmu yang masih peduli kepada keluarga kita, Pa..
Kami saling menguatkan. Sekarang Lia sudah bekerja. Papa belum sempat melihatnya. Papa suka apa? Sayang Lia belum sempat membahagiakan Papa. Membelikan Papa baju koko dan kopiah di lebaran kemarin.
Pa, kami di sini masih dan akan terus mengingatmu.
Semoga Allah mengampuni dosa Papa dan menempatkan Papa di tempat yang paling baik di sisi-Nya.
Aamiiin..
Komentar
Posting Komentar